Hidup adalah Belajar
Terlalu dini untuk remaja seusia saya untuk mengungkapkan arti hidup. Terkesan ‘sok tua’. Tapi, pengalaman saya [yang baru cuma 18 tahun] adalah, banyak hal yang menginspirasi, memberikan pencerahan, membuat perubahan, dan tentu saja kadang membuat galau. Pada awal mula masa menyadari bahwa saya bukan lagi seorang balita dan harus berdiri di atas kaki saya sendiri, cukup bimbang menentukan arah. Seiring dengan detik yang terlewati, saya banyak belajar. Bahkan, saya memiliki pola piker dan sudut pandang seperti sekarang ini, berkat semua cerita warna-warni dan berbagai macam rasa orang disekeliling saya. Menjadi objektif bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perjuangan menjadi objektif sudah saatnya dimulai sejak dini. Agar pola pikir masyarakat yang konvensional bisa segera dihilangkan. Saya [selama 18 tahun ini] juga mulai berjuang untuk me-reduksi sifat paling mematikan, arogansi diri yang tinggi. Selfish. I don’t know what kind of fish it is. Inilah hal yang paling sulit. Perasaan-tidak-mau-kalah adalah penyesalan (setidaknya, menurut saya). Karena pada akhirnya, aka nada perasaan menyesal (dan) takut menjadi perbincangan di belakang. Penyesalan ini yang akhirnya akan menjadi pelajaran dan menjadi pereduksi sifat arogansi diri. Kita akan berada dalam titik kesadaran bahwa esensi belajar itu tidak terbatas pada satu hal yang normatif dan formal. Belajar bisa berasal dari penyesalan, rasa sakit, bahkan kebahagiaan. Keep strong, keep learning by experience everything in this life. Life can’t wait, but life can teach you.
Komentar
Posting Komentar