Kapan saya boleh berhenti berusaha?
Tak ada yang bisa menggantikan keuletan. Bakat juga tidak; orang berbakat yang tidak pernah sukses adalah lumrah. Kejeniusan juga tidak; orang jenius yang tidak memperoleh apa-apa sudah nyaris menjadi kata-kata mutiara. Pendidikan. Juga tidak; dunia sudah penuh dengan penganggur berpendidikan. Keuletan dan keteguhanlah yang paling berkuasa. Slogan ‘jangan menyerah’ telah dan selalu memecahkan masalah yang dihadapi manusia.
(Calvin Coolidge)
Quotes yang cukup panjang. Saya butuh fakta tentang keuletan ini. Siapakah yang yang bisa menjadi contoh? BANYAK. Sebut saja Tukul Arwana, seorang ‘mantan’ kernet angkutan umum yang sekarang menjadi presenter kondang kaliber Indy Barends atau Indra Bekti. Mau yang lebih hebat lagi adalah si empunya ayam goreng tepung paling dahsyat bumbunya, Kolonel Harland Sanders. Dia mendapatkan kesempatan untuk mengkomersilkan ayam goreng dengan bumbu racikannya pada restoran ke-1008 yang ia tawarkan. See? Hal yang tidak terduga banyak terjadi. Jalani saja proses, lupakan hasil. Tindakan rasional instrumental semacam ini patut diacungi jempol. Sama saat seperti kita beribadah, bukankah hasil sudah ada yang menentukan? Kita hanya menjalani ‘prosedur’-Nya. Jangan lupakan pepatah lama yang mengatakan bahwa ‘kadang kesempatan yang kita inginkan, datang saat kita sudah menyerah’. Masuk ke barisan manakah kita? Si penikmat proses, atau si pendewa hasil?
(Calvin Coolidge)
Quotes yang cukup panjang. Saya butuh fakta tentang keuletan ini. Siapakah yang yang bisa menjadi contoh? BANYAK. Sebut saja Tukul Arwana, seorang ‘mantan’ kernet angkutan umum yang sekarang menjadi presenter kondang kaliber Indy Barends atau Indra Bekti. Mau yang lebih hebat lagi adalah si empunya ayam goreng tepung paling dahsyat bumbunya, Kolonel Harland Sanders. Dia mendapatkan kesempatan untuk mengkomersilkan ayam goreng dengan bumbu racikannya pada restoran ke-1008 yang ia tawarkan. See? Hal yang tidak terduga banyak terjadi. Jalani saja proses, lupakan hasil. Tindakan rasional instrumental semacam ini patut diacungi jempol. Sama saat seperti kita beribadah, bukankah hasil sudah ada yang menentukan? Kita hanya menjalani ‘prosedur’-Nya. Jangan lupakan pepatah lama yang mengatakan bahwa ‘kadang kesempatan yang kita inginkan, datang saat kita sudah menyerah’. Masuk ke barisan manakah kita? Si penikmat proses, atau si pendewa hasil?
Komentar
Posting Komentar