My Family: the perfect one, living the imperfections.
Appropriate back-song: Angel by Sarah McLachlan
Estimasi waktu membaca: 3-5 menit.
Saya kurang mengerti mengapa belakangan saya merasa lebih sensitif dan…. Sentimentil.
Belakangan pula, saya banyak menyadari betapa pentingnya keluarga dalam hidup saya.
Betapa pentingnya mama, bapak, dan Ikram, adik laki-laki saya.
Keluarga saya memeang belum sempurna, masih ada cacat sana-sini. Tapi, hari ini semua perspektif saya tentang keluarga berubah.
Saya menyadari bahwa saya butuh mereka. Mereka adalah makhluk paling sempurna. Mereka yang bisa menerima saya apa adanya, selain sahabat dan teman-teman saya.
Mama dan Bapak
Ya, saya memanggilnya mama dan bapak. Istilah yang tidak sinkron. Ah, tapi apalah arti sebuah panggilan. Mereka malaikat saya. Mereka mewakilkan Tuhan untuk saya.
Satu hal yang saya yakin kita pasti sepakat adalah, bahwa orang tua akan menerima anaknya, tidak peduli bagaimana anaknya berpolah. Jika belum menerima pun, saya yakin mereka selalu berusaha. Bagaimana tidak, saya yang notabene tidak pintar, tidak suka belajar, suka menuntut ini itu, dan perangai saya yang kadang-kadang ajaib. Saya, yang begitu jauh dari sempurna, dengan atau tanpa rasa berat hati, berusaha mereka terima. Saya malu. Mereka hanya dapat malu. Jarang sekali kata bangga mereka terima dari saya.
Dan masih banyak beban untuk mereka yang saya ciptakan, yang mereka tanggung tanpa keluh kesah.
Bagaimana saya membalasnya?
Ikram, adik laki-laki saya
Adik saya ini tidak kalah hebat dengan orang tuanya. Dengan besar hati, dia menerima kondisi kakak yang…. Tidak sempurna ini. Hahaha. Saya ini manja bukan main. Minta antar kesana-kemari, minta dia untuk masak mi instan, dan lain-lain. Juga, tidak terhitung berapa banyak celoteh orang-orang tentang saya yang mungkin jika dia jahat, dia tidak akan mengakui saya sebagai kakaknya.
Bagaimana saya membalasnya?
Mereka punya kelebihan yang luar biasa. Saya malu. Saya malu selalu protes, selalu menuntut. Saya merasa jahat. Saya ini siapa sih, sampai dengan pongahnya menjustifikasi mereka sebagai sekelompok orang yang tidak mengerti tentang saya? Padahal, mereka yang paling tau apa yang saya lakukan, apa yang saya makan, berapa lama saya mandi, bagaimana malasnya saya, dan lain lain.
Keluarga saya memang bukan keluarga kaya raya, juga tidak selalu bahagia, tapi mereka sempurna untuk saya. Bagaimana keluarga kalian? Jika ingin bercerita, dengan senang hati saya akan menjadi pendengar
Estimasi waktu membaca: 3-5 menit.
Saya kurang mengerti mengapa belakangan saya merasa lebih sensitif dan…. Sentimentil.
Belakangan pula, saya banyak menyadari betapa pentingnya keluarga dalam hidup saya.
Betapa pentingnya mama, bapak, dan Ikram, adik laki-laki saya.
Keluarga saya memeang belum sempurna, masih ada cacat sana-sini. Tapi, hari ini semua perspektif saya tentang keluarga berubah.
Saya menyadari bahwa saya butuh mereka. Mereka adalah makhluk paling sempurna. Mereka yang bisa menerima saya apa adanya, selain sahabat dan teman-teman saya.
Mama dan Bapak
Ya, saya memanggilnya mama dan bapak. Istilah yang tidak sinkron. Ah, tapi apalah arti sebuah panggilan. Mereka malaikat saya. Mereka mewakilkan Tuhan untuk saya.
Satu hal yang saya yakin kita pasti sepakat adalah, bahwa orang tua akan menerima anaknya, tidak peduli bagaimana anaknya berpolah. Jika belum menerima pun, saya yakin mereka selalu berusaha. Bagaimana tidak, saya yang notabene tidak pintar, tidak suka belajar, suka menuntut ini itu, dan perangai saya yang kadang-kadang ajaib. Saya, yang begitu jauh dari sempurna, dengan atau tanpa rasa berat hati, berusaha mereka terima. Saya malu. Mereka hanya dapat malu. Jarang sekali kata bangga mereka terima dari saya.
Dan masih banyak beban untuk mereka yang saya ciptakan, yang mereka tanggung tanpa keluh kesah.
Bagaimana saya membalasnya?
Ikram, adik laki-laki saya
Adik saya ini tidak kalah hebat dengan orang tuanya. Dengan besar hati, dia menerima kondisi kakak yang…. Tidak sempurna ini. Hahaha. Saya ini manja bukan main. Minta antar kesana-kemari, minta dia untuk masak mi instan, dan lain-lain. Juga, tidak terhitung berapa banyak celoteh orang-orang tentang saya yang mungkin jika dia jahat, dia tidak akan mengakui saya sebagai kakaknya.
Bagaimana saya membalasnya?
Mereka punya kelebihan yang luar biasa. Saya malu. Saya malu selalu protes, selalu menuntut. Saya merasa jahat. Saya ini siapa sih, sampai dengan pongahnya menjustifikasi mereka sebagai sekelompok orang yang tidak mengerti tentang saya? Padahal, mereka yang paling tau apa yang saya lakukan, apa yang saya makan, berapa lama saya mandi, bagaimana malasnya saya, dan lain lain.
Keluarga saya memang bukan keluarga kaya raya, juga tidak selalu bahagia, tapi mereka sempurna untuk saya. Bagaimana keluarga kalian? Jika ingin bercerita, dengan senang hati saya akan menjadi pendengar
crying, hereeee :(
BalasHapus