Menikmati Cikini: Kineforum
Kineforum |
Sabtu malam lalu, saya bertolak ke Kineforum karena ada
beberapa film yang menarik buat saya untuk ditonton. Malam itu tak banyak yang
menonton, mungkin karena hujan lebat yang panjang.
Film yang diputar malam itu adalah ‘Bukan Sandiwara’ karya
Sjuman Jaya. Film dengan durasi 123 menit ini memiliki jalan cerita yang
menarik dan dikemas dalam plot yang cukup lamban. Melihat runtutan skena dan
latar lagu, kesan drama dalam film yang dibintangi oleh Roy Marten dan Jenny
Rachman ini benar-benar kental.
Sumber |
Sebelum ‘Bukan Sandiwara’, diputar sekuel dari ‘Kejar Daku
Kau Kutangkap’ yang berjudul ‘Keluarga Markum’. Saya menontonnya karena
dibintangi oleh idola saya sejak lama Ully Artha. Film ini sangat menghibur dan
akrab dengan kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi, latar 80-an yang ada di film
ini benar-benar membuat saya semakin kagum. Bangunan dan suasananya tidak usang,
justru membangun perasaan rindu. Padahal, saya lahir pada dekade 90-an. Aneh
juga ya.
Oh ya, minggu lalu, saya ke sini juga untuk menonton film ‘Lovely
Man’. Kisahnya tentang seorang bapak yang memilih untuk bekerja malam hari
sebagai waria. Anak yang ia tinggalkan di kampung mencarinya ke Jakarta dan
mereka berdialog untuk saling mengerti. Film ini menurut saya sangat kaya
cerita dan pesan. Akhirnya setelah sebelumnya tak sempat menonton, saya dapat
mengikuti ceritanya dengan khusyuk. Dan untuk Donny Damara, kamu keren.
Peran bioskop alternatif semacam ini memang menarik.
Bagaimana tidak, film-film yang berasal dari era sebelum milenium diputar di
sini. Sebagai penonton yang awam mengenai film dan kebudayaan, saya dapat
melihat kecenderungan film setiap zaman. Bahkan, saya bisa melihat betapa
sekarang sulit sekali menampilkan satu emosi dalam film lantaran sensor yang memotong
bagian A dan Z. Potongan-potongan tersebut lalu memutus rantai emosi dari satu
adegan ke adegan lainnya.
Saya adalah salah satu orang yang sangat senang dengan
keberadaan Kineforum ini. Saya bukan orang yang begitu suka menonton film di
bioskop, tapi saya berkali-kali datang ke sini. Dalam satu malam, saya bisa
menonton dua film. Artinya, Kineforum berhasil membuat saya penasaran dengan
film-film yang diputar. Sistem menontonnya sangat sederhana, tinggal datang dan mendaftar, lalu berikan donasi. Kamu bisa lihat jadwal filmnya di situs resminya.
Selain film-film ajaibnya, saya juga diuntungkan dengan
lokasi Kineforum. Letaknya yang ada di Cikini memudahkan akses pengunjung untuk
datang. Ada bus AC dan non-AC, bajaj, ojek, dan kereta. Kalau lapar, banyak
sekali kedai dan warung tenda enak di sekitar sini. Favorit saya adalah nasi
uduk ‘Remaja’ dekat stasiun Cikini. Kamu bisa makan dulu di sini sebelum
pulang. Terakhir saya makan dua porsi nasi uduk beserta paruh goreng dan tempe
tepung hanya menghabiskan 34.000 rupiah saja. Silakan buktikan sendiri.
Jadi, sudah ada rencana kencan Sabtu depan?
----------
Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya No. 73, Cikini, Menteng, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330
kineforum adalah bioskop pertama di Jakarta yang menawarkan ragam program film sekaligus diskusi tentang film. Film-film yang diputar adalah film-film yang bisa menjadi alternatif tontonan bagi publik. Mulai dari film klasik maupun kontemporer, film panjang maupun pendek, film luar maupun dalam negeri, dan juga film-film dari non arus utama. Ruang ini diadakan sebagai tanggapan terhadap ketiadaan bioskop non komersial di Jakarta dan kebutuhan pengadaan suatu ruang bagi pertukaran antar budaya melalui karya audio-visual.
Komentar
Posting Komentar