Pesona dan Persona Kota Androgin
New York,
kota impian setiap penikmat fashion, seni, dan sejarah. Di setiap sudutnya, New York memanjakan hasrat visual
setiap orang. Berikut kolaborasi cerita saya dan Dery Rovino
Anwar tentang New York City dan geliat fashion di tengah kerumunan gaya
personal masa kini. Kami sepakat melihat New York City sebagai kota yang
androgin.
Adalah sebuah kedangkalan bila saya menjustifikasi
gaya berbusana penduduk New York City hanya dengan mengamatinya dengan
perspektif superfisial. Sebuah keputusan yang tumpul pula jikalau tulisan ini
anda gunakan sebagai acuan untuk menyimpulkan bahwa ini adalah pakem gaya berbusana
penduduk di sana. Tulisan ini dibuat berdasarkan apa yang terlihat
selama tiga hari kunjungan ke New York City, dengan sentuhan riset sederhana dari internet mengenai New York City.
"When I first moved to New York and I was totally broke, sometimes I bought Vogue instead of dinner. I found out it fed me more."
-Carrie Bradshaw
Sejarah, Seni, dan New York City
Kultur individual New York City membebaskan setiap
orang mengeksplorasi gaya personalnya. Jika dilihat di film-film, New York City
adalah kota yang bergitu stylish. Bahkan, seorang tuna wisma terlihat seperti
beradaptasi dengan para hipster di sana. Satu
kata yang pas untuk melihat gaya personal di New York: effortless. Tiada batas
padu padan antara pakaian berharga $10 dengan $1000. Because who cares, anyway?
Mantan
ibukota Amerika Serikat (1785-1790) ini dijejali dengan banyak sekali museum
yang berisi saksi sejarah New York, seni, desain, hingga informasi tentang
sejarah tardisi Amerika Latin. Adalah sebuah persepsi yang kentara bahwa New
York City merupakan sebuah lokasi yang tepat untuk anda yang gemar berburu
petualangan sejarah, seni, dan kultur. Ingatan kita juga masih dipenuhi dengan gaun avant garde selebritas yang hadir dalam helatan Met Gala 2016 yang mengambil tema Manus X Machina: Fashion in an Age of Technology.
Kini,
New York City juga melengkapi predikatnya sebagai pusat gaya hidup dan hiburan.
So, maybe Broadway tonight, anyone?
Perpaduan Estetika dan Fungsi
Source |
Jika kita kembali era 2000-an awal, dalam
pelajaran tata busana kita diperkenalkan dengan definisi aksesoris dan
milineris. Aksesoris bersifat suplemen, keberadaannya di dalam paduan busana
kita adalah sebagai pelengkap, misalnya berbagai jenis
perhiasan.
Sebaliknya, milineris adalah ornamen busana yang
bersifat komplementer, yang penggunaannya dalam busana kita menjadi kepentingan
sekunder, bahkan primer. Sebagai contoh, penggunaan jaket dan scarf di musim dingin serta sunglasses sebagai pelindung mata agar
sinar UV matahari tidak merusak organ dalam mata. Beberapa orang juga
menggunakannya sebagai penangkal kerut daerah mata.
Pada dasarnya penduduk New York City berbusana
dengan menggunakan semboyan “fashion with
function”, yang maknanya kurang lebih menunjukkan bahwa mereka
sangat jeli dalam memilih busana yang bersifat milineris.
Sebagai negara empat musim, Amerika Serikat secara
implisit mengharuskan masyarakatnya untuk selalu menyesuaikan gaya busana
setiap 3 bulan sekali sepanjang tahun. Mungkin anda pernah mendengar ritual
spring cleaning?
Selain musim, kegiatan sehari-hari penduduk New
York City memaksanya untuk bergaya praktis, namun tetap tampil gaya. Palet
monokromatik dengan potongan yang eksepsional dipilih
untuk tampilan yang berlawanan, yakni sederhana dan dinamis. Bayangkan jika ada
harus pergi ke pusat kebugaran pada pagi hari lalu bekerja siang hingga malam,
ditambah kegiatan sosialisasi hingga dini hari. Tak ada waktu untuk berganti
baju. Waktu yang tersedia hanya sepersekian detik, sama halnya dengan model
runway di backstage.
Source |
Kembali
lagi ke palet monokrom dan potongan yang eksepsional, New York City tidak
pernah memaksa dirinya untuk jadi feminin. Nuansa sentimental di setiap jengkal
yang berpadu dengan derap langkah super cepat menjadikannya tampil begitu androgin.
New York City dan pelaku fashion-nya adalah perpaduan persona yang kuat.
Kendati Erin O’Connor adalah seorang model kenamaan Inggris, nampaknya ia tetap
cocok jika dijadikan personifikasi New York City.
Source |
Melihat sekitar, penduduk New York City seakan
merasa bahwa kepentingan gaya dan fungsi
saling melengkapi, karena terbawa hawa kota tempat mereka tinggal. Hawa yang dimaksud bisa
anda interpretasikan sebagai pengaruh cuaca atau gelombang euphoria musim teranyar gelaran New York Fashion Week. Fase cepat hidup mereka menginspirasi untuk berkreasi
dalam waktu yang minimal. Jadi, sudah siap menapaki New York City?
--------------------
Berkenalan
dengan Kolaborator Biblical Journal: Dery Rovino Anwar
Dery Rovino, Dery for short, is a
Bachelor in Education (B.Ed.) graduated with honor from an esteemed public
university in Jakarta. he pursued Education in the university to fulfill his
love of children.Having received an award of Global Undergraduate Exchange
program for East Asia and the Pacific to visit California back in 2014, he is
currently en route to pursue an MA degree at the University College London
under the LPDP scholarship program. Children, Education, and Fitness best fit
his whole persona.
--------------------
Wow. Bahkan sebuah kota New York pun punya ciri khas dalam berbusana begini ya.
BalasHapusIya. Menurutku New York dan beberapa ibukota fesyen lain di dunia punya ciri khas dan keunikan masing-masing :)
Hapusgagal fokus liatin mas mas berkaca mata hitam yang di atas ituh...
BalasHapusmirip agent smith yang di matrix tapi gantengin ini. eh loh kok malah bahas beginian.. aku sering nih pake baju baju yang monokrom. gak punya warna lain soalnya gak pede... hehehhehe
Hahaha Ndak apa-apa. Emang ganteng sik XD
HapusIya monokrom membuat tampilan lebih chic tapi somehow tetep 'aman' ya.
Thank you for stopping by, Ran! :)