Laurensia Irma dan Tangga-Tangga yang Membuatnya Tangguh
“Tidak ada skenario kalau aku nggak bisa, sih”, ungkapnya saat ditanya mengenai tantangan selama proses meraih beasiswa yang berhasil didapatkannya.
September ini dia akan berangkat untuk menimba ilmu di University of Warwick, UK. Sungguh bangga ketika mendengarnya, melihat seseorang yang dulunya adalah bosmu, lalu kini menjadi teman, berhasil meraih satu tangga mimpinya yang lain. Ungkapan itu merepresentasikan sosoknya yang kami kenal dengan semangat dan daya juang tinggi. Semangat dan daya juangnya pula yang akan kita bahas dalam blog ini.
Laurensia Irma, atau biasa kami panggil Imce, merupakan sosok teman yang punya dua wujud. Dalam kesehariannya, dia selalu nampak ceria dan tidak pernah terlihat sedih atau marah berlebihan. Di mata saya, dia adalah orang dengan emosi paling stabil yang pernah saya kenal. Dalam perjalanan mengenalnya, saya melihat dia juga memiliki sisi yang tidak berusaha dia perlihatkan. Dia adalah seorang pejuang yang diam, yang bertarung tanpa suara. Kamu akan dibuat terkejut dengan pencapaiannya. Semangat juang dan eksekusi dalam diam adalah dua hal yang sangat ingin saya pelajari darinya.
Sejak awal, Imce tertarik untuk berkarir di dunia startup atau perusahaan rintisan. Baginya, begitu banyak peluang bisnis belum tersentuh. Saat mencoba mencari validasi data mengenai hipotesis ini, saya menemukan laporan dari sebuah firma konsultan bisnis, Boston Consulting Group, yang memberikan gambaran lengkap betapa Indonesia dengan jumlah penduduk dan perilaku konsumennya, betul-betul pasar yang menjanjikan. Proyeksi Middle-class and Affluent Consumers (MACs) atau kelas menengah adalah sebanyak 141 juta, atau 53% populasi, pada 2020 mendatang. Angka tersebut tersebar pada 54 titik kota dan kabupaten di seluruh negeri. Baca selengkapnya.
September ini dia akan berangkat untuk menimba ilmu di University of Warwick, UK. Sungguh bangga ketika mendengarnya, melihat seseorang yang dulunya adalah bosmu, lalu kini menjadi teman, berhasil meraih satu tangga mimpinya yang lain. Ungkapan itu merepresentasikan sosoknya yang kami kenal dengan semangat dan daya juang tinggi. Semangat dan daya juangnya pula yang akan kita bahas dalam blog ini.
Laurensia Irma, atau biasa kami panggil Imce, merupakan sosok teman yang punya dua wujud. Dalam kesehariannya, dia selalu nampak ceria dan tidak pernah terlihat sedih atau marah berlebihan. Di mata saya, dia adalah orang dengan emosi paling stabil yang pernah saya kenal. Dalam perjalanan mengenalnya, saya melihat dia juga memiliki sisi yang tidak berusaha dia perlihatkan. Dia adalah seorang pejuang yang diam, yang bertarung tanpa suara. Kamu akan dibuat terkejut dengan pencapaiannya. Semangat juang dan eksekusi dalam diam adalah dua hal yang sangat ingin saya pelajari darinya.
Tertarik dengan Ide Perusahaan Rintisan
Sejak awal, Imce tertarik untuk berkarir di dunia startup atau perusahaan rintisan. Baginya, begitu banyak peluang bisnis belum tersentuh. Saat mencoba mencari validasi data mengenai hipotesis ini, saya menemukan laporan dari sebuah firma konsultan bisnis, Boston Consulting Group, yang memberikan gambaran lengkap betapa Indonesia dengan jumlah penduduk dan perilaku konsumennya, betul-betul pasar yang menjanjikan. Proyeksi Middle-class and Affluent Consumers (MACs) atau kelas menengah adalah sebanyak 141 juta, atau 53% populasi, pada 2020 mendatang. Angka tersebut tersebar pada 54 titik kota dan kabupaten di seluruh negeri. Baca selengkapnya.
Sumber: 2geeks1city |
Potensi pasar didukung oleh penetrasi internet di Indonesia yang diproyeksikan akan menyentuh 133,39 juta orang pada 2021 (Sumber). Hal ini membuat peluang bisnis berbasis digital lintas model semakin terbuka lebar.
Bagaimana cara Imce masuk dalam ekosistem bisnis digital dengan peran yang signifikan?
Tangga Pertama: Branch Manager Foody Indonesia
Saya mendengar nama Imce dari Shintya, kawan yang juga pernah saya tulis di blog ini. Shintya menyebut nama Imce saat menawarkan posisi kosong di Foody Indonesia. Lalu kami bertemu di kantor Foody Indonesia, lalu mengenalnya dengan posisi sakral, Branch Manager Foody Indonesia. Hari-hari saya di Foody Indonesia tidak akan lepas dari tatap muka dengan Imce. Dia memimpin kami semua tanpa amarah, meski sekali saja. Karakter demikian lantas membangun kultur kerja yang santai namun kolaboratif di Foody Indonesia.
Baca juga: Bincang Karir dan Jurnalistik Bersama Shintya Felicitas
Branch Manager adalah posisi pertama yang dia duduki pasca kelulusannya dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Tugas pertamanya adalah membangun Foody Indonesia dari nol dan mencari tim tangguh untuk berjuang bersama. Sungguh tugas pertama yang sulit.
Pekerjaan ini adalah buah manis dari usahanya membangun jaringan saat berpartisipasi dalam exchange program ke Korea, yang juga memberinya eksposur internasional. Dari situ dia diperkenalkan dengan Nu, Regional Manager Foody Corporations, dan melanjutkan pertemuan tersebut dengan pengenalan produk selama satu minggu di Ho Chi Minh City, Vietnam. And the rest is history.
Saya yang hadir di tengah perjalanan Foody Indonesia, cukup percaya diri menyebut diri sendiri sebagai saksi bagaimana daya juang menjadi modal utama Imce membangun karirnya. Kami belajar dari suksesnya pencapaian target bulanan sampai sulitnya mengelola rasa kecewa saat terpaksa merumahkan beberapa pegawai. Saat melihatnya dari sudut pandang yang lebih luas, kami kerap berguyon ‘we learned literally everything in a hard way!’ lantas tertawa keras bersama.
Tangga Kedua: Pindah Rumah ke Grab Indonesia
Saat memutuskan untuk melepas jabatan sebagai Branch Manager untuk belajar lebih banyak hal di Grab Indonesia, saya melihatnya bimbang tanpa air muka yang kalut. Kami mencoba menganalisis apa yang dia dapatkan dan apa yang dia korbankan ketika pindah. Singkat cerita, tekadnya bulat untuk pindah dan bergabung dalam tim Business Operations di Grab Indonesia.
Saya ingat pertemuan pertama kami setelah dia pindah, betapa sulitnya pekerjaan yang dikerjakan. Dengan skala bisnis yang lebih besar, tentu semakin banyak tugas yang harus diemban. Beberapa proyek besar yang dia kerjakan adalah GrabFood dan Asian Games 2018. Ya, Grab adalah salah satu sponsor dalam pesta olahraga se-Asia tersebut. Namun lagi-lagi dia menutup fragmen cerita tentang rumitnya pekerjaan di Grab dengan betapa suportif lingkungan kerja barunya hingga Imce mudah beradaptasi dan semakin semangat belajar hal baru. Satu lagi validasi tentang semangatnya.
Mengenai Beasiswa Chevening dan University of Warwick
Sama seperti orang kebanyakan, salah satu mimpi Imce adalah melanjutkan sekolah di luar negeri. Bagi Imce, tidak ada yang gratis di dunia ini. Dia mendapatkan semua hal yang dia inginkan dengan usaha yang luar biasa besar. Bagaimana tidak, delapan (iya, delapan!) penolakan pada aplikasi beasiswanya pernah saya dengar. Mudah sekali ditebak, respon Imce untuk penolakan yang dia dapatkan tidak lain tidak bukan adalah melupakannya, lalu kembali berjuang.
Hingga pada farewell sebelum Shintya pergi keliling Amerika Selatan, Imce memberikan kabar baik bahwa dia akan berangkat September 2018 menuju University of Warwick, belajar tentang Innovation and Entrepreneurship. Membaca di kanal universitasnya, Imce akan belajar membangun bisnis dari ide hingga tahap product development dan menjadi produk yang dapat dipakai masyarakat. Imce melihat peluang ini dari fakta bahwa ada banyak sektor yang belum tersentuh inovasi. (Sumber)
Baca juga: Diego Christian: Perjuangan Baru Saja Dimulai
Mendengar cerita Imce membuat saya bangga bukan main, karena dia juga berhasil lolos dari sekian ribu pelamar beasiswa Chevening! Yang saya tahu, seseorang harus punya story dan latar belakang yang kuat agar diterima beasiswa tersebut. Banyak alumni Chevening yang juga merupakan figur publik di Indonesia karena keahlian dan pengaruhnya terhadap anak muda, beberapa di antaranya adalah Marissa Anita (news anchor), dan Alanda Kariza (kini Community Manager di Quora). Tahun depan, Imce akan menjadi salah satunya! *Teary*
Terkoneksi dengan Imce membuat saya merasa terberkati, karena saya juga diperkenalkan dengan banyak orang hebat dalam jaringannya tanpa membuat saya terlihat seperti seorang social climber. Namun yang terpenting adalah, semangat dan daya juangnya sungguh menginspirasi saya. Dari inspirasi tersebut, saya mencoba mengaplikasikannya dalam konteks personal dan profesional, dan ternyata sungguh sulit bukan main. Banyak tantangan yang membuat kita merasa sangat jatuh terpuruk, padahal pilihan bangkit hanya sejengkal di depan mata. Satu-satunya alasan yang membuat kita memilih untuk menyerah adalah takut akan rasa sakit dan kecewa. Kenyataannya, sama seperti Imce, perjalananmu mewujudkan mimpi dimulai saat kamu memilih untuk bangkit dari jatuhmu.
__________
Berkoneksi dan baca kumpulan tips tentang beasiswa Chevening yang dirangkum oleh Imce di instagram-nya.
Komentar
Posting Komentar