Perhatikan 6 Hal Penting Ini Saat Mengatur Keuangan Pribadi
Planning is bringing the future into present, so that you can do something about it now.
-Alan Lakein
Saat pertama kali bekerja lima tahun lalu, saya merasa sangat bebas karena sudah 'bebas secara financial' dari orang tua. Artinya, saya punya kesempatan menghabiskan seluruh penghasilan yang saya dapatkan. Ternyata pandangan tersebut ada benarnya, tapi ada salahnya juga. Benar karena saya tidak perlu mendapat aturan ketat tentang finansial dari orang tua, tapi salah karena saya bisa jadi sedang menjerumuskan diri ke dalam hutang.
Terbukti, sampai tahun ketiga, saya belum punya uang simpanan untuk hal darurat akibat sibuk belanja dan wisata. Beruntung banyak orang baik di media sosial yang memberi tips mengatur keuangan personal untuk anak muda. Ligwina Hananto, Aidil Akbar, dan Prisa Ghozie adalah orang-orang yang saya ikuti sarannya. Mereka adalah ahli perencana keuangan yang kepiawaiannya sudah dikenal baik oleh publik.
Setelah trial and error, saya menggunakan formula sederhana untuk mengatur keuangan dari Ligwina Hananto. Mengapa sederhana? Karena jelas, mendasar, dan dapat disesuaikan dengan rasio pendapatan dan pengeluaran. Seiring berjalannya waktu, saya mengembangkan prinsip-prinsip dasarnya agar lebih sesuai dan personal.
Mengatur keuangan pribadi butuh strategi. Sumber: @QM_Financial/@mrshananto |
Apa saja pos-pos utama yang perlu diperhatikan untuk memulai mengatur keuangan pribadi?
Disclaimer: saya bukan perencana keuangan. Poin-poin di bawah adalah berdasarkan pengalaman pribadi dalam mengatur keuangan.
1. Bayar cicilan/hutang (maksimal 30% dari pendapatan)
Ini yang paling penting. Sebelum mulai mengatur keuangan, kita harus jujur kepada diri sendiri dengan cara membuat daftar hutang dan cicilan. Kalkulasi berapa lama hutang tersebut akan selesai dan lunasi sesuai tenggat agar tidak ada bunga menumpuk.
Jangan sampai bingung uang kita lari ke mana padahal ternyata kebanyakan dihabiskan untuk membayar cicilan kartu kredit. Saya bukan orang yang anti mencicil, tapi saya biasakan untuk menghitung kemampuan mencicil saya agar biaya hidup tidak terbebani.
Dua tahun ini saya juga mulai menggunakan kartu kredit secara bijaksana. Artinya, saya hanya menggunakan kartu kredit jika ada pembelian yang sifatnya mendesak. Jangan sampai saya terjerumus lagi ke jebakan tarik tunai. Bunganya besar sekali dan mengganggu alur kas bulanan.
2. Alokasikan dana tabungan dan investasi (minimal 10% dari pendapatan)
Sejak saya kuliah dan mengikuti laman Twitter Ligwina Hananto, beliau selalu bertanya #TujuanLoApa setiap ada yang berkonsultasi. Tahun ini baru saya sadari kegagalan saya untuk menabung karena memang tidak memiliki tujuan. Baiknya, tentukan tujuan sebelum menabung. Bagi saya, yang paling penting sekarang adalah mengumpulkan dana darurat.
Prinsipnya, dana darurat digunakan untuk kebutuhan mendesak, misalnya tetiba harus masuk rumah sakit, dipecat karena virus corona, atau resign sebelum dapat pekerjaan baru. Simpan dana darurat di pos paling rendah risiko dan likuid. Jangan satukan dana darurat dengan rekening harian.
Jumlah dana daurat yang kita kumpulkan tergantung individu. Untuk anak muda lajang, mulai kumpulkan minimal tiga kali pengeluaran primer bulanan (makan, transportasi, dan kebutuhan personal). Jika menikah dan punya anak, minimal enam bulan karena meliputi banyak kepala dalam satu rumah.
Jika kalian sudah memiliki dana darurat, menabung bisa pindah ke tujuan lain, misalnya membeli ponsel atau komputer baru. Tidak punya tujuan lain dalam waktu dekat? Coba investasi saja! Banyak produk investasi yang bisa dibeli hanya dengan bermodalkan Rp 10.000 saja. Membeli Reksa Dana Pasar Uang di Aplikasi Bibit atau Tanam Duit bisa jadi pilihan.
Jika belum paham dengan mekanisme Reksa Dana, sambil belajar kita bisa menabung emas. Aplikasi Pegadaian atau Pluang punya fasilitas menabung emas dengan saldo awal yang terjangkau dan pendaftaran daring yang praktis.
3. Atur pengeluaran rutin (sekitar 40% - 60%)
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari dari mulai makan, transportasi, uang kos, listrik, air, sampai pulsa dan kuota ponsel. Untuk tagihan rutin dan cicilan kartu kredit, saya biasakan membayar pada awal bulan atau setelah gajian sehingga dana yang tersisa lebih mudah dialokasikan ke pos-pos yang lain. Juga untuk menghindari terlambat bayar yang berefek pada bunga tagihan.
Baca juga: Reza Akbar, the self-made supreme leader
4. Jangan lupa berbagi (sekitar 2.5%)
Jika kalian memberi bantuan rutin untuk keluarga, masukkan dalam pos ini. Sesuaikan saja jumlahnya dengan yang kalian mampu agar membantu tidak jadi memberatkan.
Masih ada sisa? Mari berdonasi. Donasi biasa saya lakukan ke orang terdekat yang membutuhkan agar tidak lupa dengan sekitar. Namun demikian, pilihan lain juga banyak, kok. Kini mudah sekali untuk berdonasi melalui kanal daring seperti Kita Bisa, pun demikian dengan zakat yang memang diwajibkan untuk teman-teman yang beragama Islam.
5. Tetap tenang bersenang-senang (maksimal 20% dari penghasilan)
Saat semua sudah mask dalam posnya masing-masing, kita bisa bersenang-senang tanpa khawatir. Silakan beli kopi favoritmu, kumpul bersama di cafe atau restoran kesayangan, atau belana baju yang sudah masuk dalam wishlist-mu berbulan-bulan. Kita juga punya hak untuk bersenang-senang setelah bekerja dan menabung untuk masa depan.
6. Alur keuangan sudah aman? Proteksi diri dan keluarga
Poin ini penting untuk menjaga kita jika musibah terjadi. Tidak ada yang tahu kapan kita sakit sehingga harus ke dokter dan bahkan dirawat di rumah sakit. Biayanya bisa sangat tinggi dan menggerus dana darurat! Beruntung sebagian dari kita sudah diberikan fasilitas asuransi dari tempat bekerja sehingga lebih terjamin.
Sebenarnya pemerintah punya program BPJS dengan sistem iuran yang jumlahnya relatif terjangkau dan jadi hak sekaligus kewajiban Sebagai warga negara. Namun, ada alasan kenapa asuransi kesehatan jadi penting bahkan untuk proteksi utama kesehatan kita selain BPJS.
Alasan pertama adalah asuransi menawarkan pilihan sesuai kebutuhan kesehatan pemegang polisnya. Ada pilihan proteksi kesehatan dasar (rawat jalan dan rawat inap) sampai penyakit kritis dan berobat di luar negeri.
Kedua, pelayanan. Keluhan yang beredar di media sosial adalah antrean pasien BPJS rentan dinomorduakan oleh fasilitas kesehatan. Asuransi memberi ketenangan saat kıeadaaan gawat darurat, yakni proses pelayanan yang harusnya lebih cepat.
Alasan yang terakhir adalah BPJS bisa jadi sarana bantu sesama. Prinsip BPJS adalah tanggung bersama, sudah pasti ada masyarakat kurang mampu di sekitar yang lebih membutuhkan jaminan kesehatan ini. Dengan membayar iuran BPJS, secara tidak langsung kita memberi kesempatan kepada mereka untuk dapat akses kesehatan secara gratis. Jadi, dengan tetap membayar iuran BPJS dan memiliki asuransi kita berikan manfaat proteksi diri dan orang lain.soal pelayanan.
Komentar
Posting Komentar