Banyuwangi, Destinasi Persembahan Ujung Timur Pulau Jawa
Pemandangan spektakuler di Banyuwangi. | Foto: Yoskha Adrian |
Menginjakkan kaki di Banyuwangi seperti hadir di satu tempat yang asing. Tidak ada ekspektasi berlebih. Bagi sebagian wisatawan kota besar, Bali masih menjadi tolok ukur bagi perjalanan wisata domestik. Namun, menggeser titik destinasi ke wilayah ujung timur dari Pulau Jawa terdengar menarik.
Banyuwangi bukan destinasi baru dalam lanskap pariwisata Indonesia. Pada 2016, Banyuwangi mendapat penghargaan Excellence and Innovation in Tourism dari UNWTO, organisasi pariwisata di bawah naungan PBB.
Kontak pertama wisatawan dengan Banyuwangi adalah landasan udaranya. Bandara Blimbingsari yang mungil menyambut dengan ramah. Perjalanan ke Banyuwangi tidak memakan waktu lama, namun tetap menyisakan penat. Ukuran bandara yang tidak besar memberi kenyamanan tersendiri. Desainnya yang padu dan ramah lingkungan seolah memberi pertanda untuk segera bersantai, melupakan sementara tekanan dari kota.
Baca juga: Banyuwangi, A Hidden Gem
Mencari tempat singgah di Banyuwangi bukan lagi hal yang sulit. Beberapa hotel di Banyuwangi sudah menawarkan fasilitas holistik untuk para wisatawan. Pilihan tempat tinggal yang lebih banyak membuat wisatawan lebih leluasa menyesuaikan rencana perjalanan, lokasi, dan ketersediaan bujet.
Dialoog dan Hotel Ketapang Indah jadi pilihan wisatawan urban yang mencari kemudahan dan kenyamanan selama mengeksplor wilayah Banyuwangi.
Hotel Ketapang Indah mendapat skor ulasan sangat baik di TripAdvisor, menempati posisi empat dari seluruh hotel Banyuwangi. Dari penataannya, hotel ini multifungsi, dapat dipilih sebagai hotel liburan atau rapat perusahaan. Sebagai hotel yang cukup senior di Banyuwangi, Hotel Ketapang Indah mampu bertahan karena pelayanan baik dan pemandangannya yang langsung ke laut lepas. Siapa sangka harganya hanya sekitar Rp 500.000 per malam?
Hotel Ketapang Indah Banyuwangi. Foto: TripAdvisor. |
Pemandangan dari pelataran Hotel Ketapang Indah. Foto: Mochamad Rizky |
Hotel lain yang wajib dicoba adalah Dialoog, hotel mewah yang bersahaja. Citra mewah hadir dari kaliber pelayanan hotel bintang lima, rasa bersahaja timbul karena berhasil memberi ketenteraman. Tak heran, banyak orang antre untuk tinggal di hotel ini selama di Banyuwangi. Jukstaposisi alam dan desain modern menjadikan sudut-sudut Dialoog sungguh eklektik dan menarik untuk diabadikan.
Baca juga: Little Piece of Hong Kong in Pontianak
Baca juga: Little Piece of Hong Kong in Pontianak
Jukstaposisi eklektik alam dan arsitektur modern Dialoog. Foto: Dialoog Hotel. |
Berpose di pelataran Dialoog, hotel modern di Banyuwangi. Foto: Yoskha Adrian. |
Kapan terakhir langit biru hadir di Jakarta? Foto: Yoskha Adrian |
Ada beberapa tipe kamar tersedia di Dialoog. Tipe kamar yang paling menarik adalah dengan pemandangan langsung ke laut untuk melihat langsung pemandangan matahari terbit yang tersohor. Pemandangan itu cukup menggerakkan wisatawan untuk bangun lebih pagi dari biasanya. Keindahannya memberi justifikasi pada harga kamar per malamnya. Ragam promo hadir di Dialoog. Pastikan untuk intip laman web Dialoog untuk sebelum memesan.
Pembangunan properti dari grup Dialoog terus dilakukan. Beberapa tahun mendatang, Dialoog akan hadir di Jakarta, Labuan Bajo, dan Umalas.
Matahari Terbit dari balkon Dialoog. | Foto: Tosca Mahardika |
Satu bidikan dari balkon Dialoog. Foto: Tosca Mahardika. |
Tidak menemukan banyak informasi mengenai kuliner di Banyuwangi selain Nasi Tempong Mbok Wah, keindahan alam menjadi misi utama perjalanan ini. Beruntung seorang warga lokal menawarkan jasa sewa mobil beserta dengan pengendaranya yang tahu betul magnet wisata yang ada di Banyuwangi.
Kegiatan snorkel di Pulau Tabuhan. Foto: Yoskha Adrian |
Warna alam yang padu dengan penampilan. Foto: Mochamad Rizky |
Tak puas dengan beningnya laut, perjalanan berlanjut ke Taman Nasional Baluran yang kerap dijuluki sepotong Afrika di Pulau Jawa. Jalan beraspal di dalam kawasan Baluran tidak bagus, karena memang dilarang untuk diperbaiki. Setiap detik dalam perjalanan ini, mata tidak berkedip memperhatikan skena liar hingga ujung cakrawala. Tidak patut rasanya melewatkan satu jengkal pemandangan taman nasional seluas 250.000 hektar ini.
Baca juga: Bernapas Sejenak dari Jebakan Jakarta
Di tengah perjalanan, pemandu wisata menyarankan untuk datang kembali ke Taman Nasional Baluran pada musim kemarau untuk melihatnya dalam kondisi terbaik. Namun, hijaunya pepohonan di kawasan Baluran tidak mengeliminasi keindahannya sedikit pun. Gradasi warna hijau menguning tetap memanjakan mata.
Eksplorasi Taman Nasional Baluran ditemani hewan liar. | Foto: Yoskha Adrian |
"Seperti lukisan. Kamera tidak dapat membidik keindahannya barang seperempat," ujar Tosca.Pemandangan savana luas di Baluran lebih dari layak untuk jadi objek foto, baik lanskap atau menjadi latar belakang foto. Baluran yang liar memberi kesan dramatis dan magis, menyampaikan citra megah pada setiap bidikan. Sejenak teringat kilau glamor halaman majalah fesyen bertema safari.
Foto: Mochamad Rizky |
Foto: Tosca Mahardika |
Pada akhir perjalanan, Banyuwangi bukan lagi tempat asing. Kurang dari separuh wilayahnya tereksplor, tapi sambutannya hangat dan dekat. Di atas langit Banyuwangi, simpul senyum pantang sirna, berjanji untuk kembali ke sana.
*****
Pengalaman audiovisual wisata di Banyuwangi didokumentasikan oleh Yoskha Adrian pada kanal Youtube-nya.
*** Baca lebih banyak konten ****
Komentar
Posting Komentar